CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Pyzam Glitter Text Maker



Senin, Juni 01, 2009

LAPORAN OBSERVASI PERSIAPAN UN DI SMPN 235 JAKSEL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendididkan Indonesia belakangan ini mengalami banyak perubahan baik dari kurikulum maupun sistem penilaiannya. Perubahan ini dilakukan semata-mata untuk menaikkan mutu pendidikan Indonesia yang masih tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga. Tapi tentu dalam perubahannya, hal tersebut mengalami pro dan kontra diantara masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan pemahaman masyarakat tentang kebijakan yang diterapkan.
Salah satunya dengan diterapkannya Ujian Nasional (UN). Ujian Nasional pertama kalinya diperkenalkan tahun ajaran 2002/2003 dengan istilah Ujian Akhir Nasional (UAN). Namun, pada tahun 2005 berubah menjadi Ujian Nasional (UN). Ujian Nasional adalah kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan pada jalur sekolah / madrasah yang diselenggarakan secara nasional. Ujian Nasional tahun 2009 dibuat berdasarkan pada Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor: 78 tahun 2008. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengukur dan menilai kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pada mata pelajaran tertentu yaitu mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil dari UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk;
1. pemetaan mutu satuan/program pendidikan
2. seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya
3. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan
4. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pedidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
Namun, Ujian Nasional (UN) yang diselenggarakan setiap tahunnya adalah sebuah tantangan tersendiri bagi siswa maupun sekolah karena bukan hanya kelulusan siswa yang di pertaruhkan tapi juga peringkat sekolah yang menjadi gengsi sekolah. Maka dari itu, setiap sekolah selalu berusaha semaksimal mungkin dalam memaksimalkan persiapan UN mulai dari mental siswa, kelengkapan alat, sampai pengawasan soal.
Salah satu sekolah yang selalu mempersiapkan UN dengan matang yakni SMPN 235. sekolah yang terletak di daerah Pesanggrahan, Jakarta Selatan ini merupakan salah satu sekolah yang selama lima tahun berturut-turut dapat membuat siswa/i nya lulus seratus persen. Penulis juga sengaja memilih SMPN 235 sebagai objek observasi karena pengalaman penulis yang pernah bersekolah di sana pada tahun 2002 s/d 2004.
Maka dari penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mengetahui persiapan apa saja yang dilakukan sekolah ini dalam mempersiapkan UN tahun 2009. Observasi ini juga dapat menjadi bahan masukan bagi SMPN 235 untuk mengetahui persiapan apa saja yang masih kurang maksimal sehingga persiapan UN bisa lebih baik lagi.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada pendahuluan, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Apakah yang melandasi UN ?
b. Sejauh mana peran guru dalam persiapan UN ?
c. Program-program khusus apakah yang diselenggarakan sekolah dalam menghadapi UN ?
d. Seberapa tinggi tingkat stress yang dialami oleh siswa ?
e. Berapa banyak mata pelajaran yang di ujikan dalam UN tahun ini?
f. Bagaimana sekolah merencanakan pelaksanaan UN?
g. Kapankah sekolah memulai persiapan UN ?
h. Seberapa jauh kontribusi orang tua dalam keikutsertaan persiapan UN ?

1.3 Pembatasan Masalah
Agar makalah observasi ini lebih terarah dan diperoleh gambaran yang jelas, maka maka observasi ini dibatasi pada:
1.3.1 Bagaimana perencanaan kegiatan ujian nasional di SMPN 235 ?
1.3.2 Bagaimana pengorganisasian kegiatan ujian nasional di SMPN 235?
1.3.3 Bagaimana pengendalian kegiatan ujian nasional di SMPN 235 ?
1.3.4 Bagaimana masalah – masalah yang dihadapi dalam persiapan UN ?

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang ujian nasional dan persiapan apa saja yang dilakukan sekolah dalam menghadapi UN. Dan laporan ini dapat juga digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi SMPN 235 khususnya tentang persiapan UN agar dapat membantu kepala sekolah dalam memilih program apa saja yang dapat memaksimalkan persiapan UN sehingga dalam pelaksanannya dapat berjalan baik dan menghasilkan kelulusan yang memuaskan.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Pengertian dari evaluasi menurut Cronbach dan Stufflebeam yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, menyebutkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukkan sejauh mana, dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Dan proses evaluasi bukan hanya sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Sedangkan, pendapat dari Suharsimi Arikunto sendiri menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Sedangkan, menurut Drs. Anas Sudijono dalam bukunya Evaluasi Pendidikan, ada dua pengertian evaluasi yaitu :
1. Evaluasi adalah proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Evaluasi adalah usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurna pendidikan.
Evaluasi belajar menurut buku ”Evaluasi Pendidikan” karya Drs. H. Daryanto adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru, ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud menilai apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.
Adapun pengertian dari buku evaluasi program pendidikan yang menyebutkan evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Sedangkan menurut B.S. Bloom yang dikutip oleh W. Gulo, menyatakan bahwa ”evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to determine wether in fact certain changes are taking place in the learns as well as to determine the amount or degree of change in individual students.” Artinya: Evaluasi, sebagaimana kita lihat, adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.
Jadi, kesimpulan dari berbagai pengertian evaluai diatas bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan penilaian yang didalamnya terdapat kegiatan pengumpulan data dan pengukuran yang berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurna pendidikan sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.

2.2 Teknik-teknik Evaluasi
Ada dua teknik evaluasi, yaitu :
1. Teknik nontes
Yang tergolong teknik nontes adalah :
a) Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Oppenheim mengatakan : Rating gives a numerical value to some kind of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.


b) Kuesioner (questionair)
Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain.
Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi
• Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada :
1) Kuesioner langsung, jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
2) Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh orang yang bukan diminta keterangannya.
• Ditinjau dari segi menjawab, maka ada :
1) Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilh.
2) Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
c) Daftar cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (V) di tempat yang sudah disediakan.
d) Wawancara (interview)
Wawancara atau interviu (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Wawancara dapat dilakukan 2 cara, yaitu :
(1) Interviu bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
(2) Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
e) Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 macam observasi, yaitu :
(1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
(2) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
(3) Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
d) Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.

2. Teknik Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan yang diberikan kepada individu yang mengikuti tes untuk mengukur pengetahuan, bakat, dan intelegensi atau suatu alat pengumpul informasi. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukr siswa, maka dibedakan 3 macam tes, yaitu :
a) Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b) Tes formatif
Dari arti kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa sudah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.
c) Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir caturwulan atau akhir semester.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 235 Jakarta Selatan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 23 februari dan 3 maret 2009.
3.2 Responden / Informan
Adapun nara sumber atau informan dalam observasi ini, yakni:
a) Bapak H. Tisno, S Pd selaku pengendali mutu di SMPN 235 dan guru mata pelajaran fisika.
b) Bapak Suharnanto, S Pd selaku staff kesiswaan dan guru olah raga.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode wawancara dan pengamatan langsung untuk mengetahui persiapan apa saja yang dilakukan di SMPN 235 dalam menghadapi UN. Karena dengan menggunakan teknik wawancara penulis dapat menggali informasi yang lebih dalam dari informan yang dirasa masih samar-samar. Penulis juga melakukan pengamatan langsung tentang bagaimana persiapan sekolah.
Dan untuk melengkapi makalah ini penulis melakukan studi kepustakaan dengan mengambil beberapa teori-teori dari beberapa buku yang berkaitan dengan pembahasan dalam makalah ini.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan penulis dalam observasi ini adalah dengan menggunakan alat-alat pendukung seperti kamera digital, pensil (ballpoint) dan komputer.
Adapun instrumen wawancara yang ditulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat pihak sekolah mengenai ujian nasional sebagai bentuk evaluasi pembelajaran terhadap siswa?
2. Perencaan atau persiapan apa saya yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi ujian nasional?
3. Bagaimanakah cara pihak sekolah dalam memotivasi siswa untuk menghadapi ujian nasional?
4. Hambatan apa saja yang dirasakan pihak sekolah dalam melaksanakan persiapan ujian nasional?
5. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?
6. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan ujian nasional? Siapa yang mengawasi?
Data diambil dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung terhadap persiapan UN di SMPN 235. Data tersebut dikumpulkan pada saat observasi berlangsung. Yaitu pada tanggal 23 februari dan 3 maret 2009.

3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah teknik deskriptif atau kualitatif. Teknik ini disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada saat observasi di SMPN 235 yaitu wawancara, karena dari hasil wawancara tersebut penulis mendapatkan informasi dari nara sumber tentang pelaksanaan ujian nasional yang dilakukan pihak sekolah dan selanjutnya penulis menuangkannya dalam bentuk deskriptif atau kualitatif. Dimana data-data yang ditulis berbentuk kata-kata bukan angka-angka.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ujian Nasional (UN) adalah Evaluasi akhir yang dilakukan setiap jenjang pendidikan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian kompetensi siswa dalam bidang mata pelajaran tertentu selama belajar serta sebagai ujung tombak kelulusan. Pada dasarnya, setiap siswa dan orang tua menginginkan kelulusan. Tapi bagaimana mungkin dalam ujian semua peserta lulus, tentu ada yang tidak lulus dan kemudian kecewa terhadap UN sebagai standarisasi kelulusan. Tentu hal ini sangat disayangkan karena UN diadakan guna menaikkan mutu pendidikan Indonesia, bukan sebagai penyeleksi siswa kejenjang yang lebih tinggi. Tentu dalam hal ini, sekolah lah yang paling berperan dalam persiapan UN.
Dalam observasi yang dilakukan di SMPN 235 Jakarta Selatan, Bapak Suharnanto selaku staff kesiswaan menanggapi UN dengan pemikiran yang positif mengingat pro dan kontra yang terjadi dimasyarakat tentang UN. Beliau mengatakan bahwa UN memang sangat efektif dalam mengukur tingkat kemampuan siswa dalam penyerapan materi disekolah. UN juga berfungsi untuk mengukur kualitas sekolah didaerah wilayahnya atau dengan kata lain UN dapat menentukan peringkat sekolah yang pada akhirnya dapat menjadi acuan sekolah-sekolah dalam meningkatkan kualitasnya. Beliau juga mengatakan bahwa UN juga dapat menjadi saringan bagi sekolah lanjutan tingkat atas dalam penerimaan murid baru. Karena bila tidak ada UN, maka dengan apalagi penyaringan di SMA akan dilakukan dengan efektif? Dengan tes kah? Tentu hal tersebut harus menjadi pertimbangan pemerintah mengingat harga tes yang akan dipungut setiap sekolah negeri. Sekarang saja sekolah swasta mematok harga tes masuk berkisar 200-300 ribu setiap orang. Apakah ini juga akan terjadi di sekolah negeri mengingat rendahnya pendapatan perkapita negara kita? Sungguh hal ini akan sangat disayangkan.

Sedangkan, Bapak Tisno yang menjabat sebagai pengendali mutu menjelaskan tentang pentingnya ujian nasional dalam proses pengevaluasian siswa karena sebagai tolak ukur keberhasilan belajar siswa dan penyampaian materi oleh guru secara nasional. UN juga dapat dijadikan penyamaan bahwa guru menpunyai materi yang sama dalam penyamaan konsep materi pembelajaran. Pelaksanaan UN selama ini juga mendapat beberapa tantangan besar, yaitu dengan risiko adanya ketidaklulusan siswa. Hal tersebut terjadi salah satunya karena adanya penyeragaman soal disetiap wilayah selama ini. Padahal bila kita melihat negara kita ini dengan begitu banyak pulau-pulau yang mengakibatkan adanya perbedaan disetiap wilayah. ”pembuatan soal-soal UN, seharusnya diberikan pada setiap wilayah saja. Bukan soal kiriman dari pusat.” tutur Beliau. Karena memang benar, pada hakikatnya wilayah masing-masing daerahlah yang mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan mereka dalam menghadapi UN. Contohnya, didaerah timur Indonesia seperti papua atau maluku yang rata-rata guru disana sangat sedikit dan hanya berpengetahuan terbatas. Bahkan ada beberapa guru yang hanya lulusan SMP. Lalu bagaimana bisa siswa mereka mengerjakan soal UN dari pusat yang bobot soalnya jauh diatas rata-rata mereka. Sungguh disayangkan kepandaian seseorang diukur dengan tidak wajar. Ketidaklulusan disetiap tahun menyebabkan siswa malas untuk kembali kesekolah, belum lagi rasa malu yang akan ditanggung seumur hidup bila tidak lulus. Sekolah pun juga mendapat imbas yang telak dengan kelulusan. Ada anggapan bahwa sekolah yang mempunyai tingkat ketidaklulusan tinggi, maka sudah bisa dipastikan sekolah tersebut tidak bermutu. Padahal mutu dari sekolah tidak dapat diukur hanya dari kelulusannya saja tapi juga dari pemberian kebutuhan yang dibutuhkan siswa. Karena itulah, sekolah berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian nasional.
Beliau juga menuturkan tentang persiapan UN disekolahnya. Sejauh ini sudah optimal menurutnya melihat adanya kenaikkan dalam setiap hasil try out yang diadakan. Sekolah juga mengadakan pendalaman materi dengan membentuk team teaching. Team teaching adalah pembentukkan kelompok guru mata pelajaran yang akan akan di-UN-kan guna membantu siswa dalam persiapan UN. Team teaching biasanya terdiri dari 2-3 orang guru yang membantu siswa dalam pendalaman materi dikelas. Jadi, dalam pengaplikasiannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang kemudian akan ditemani guru dalam pembahasan soal. Hal ini dirasakan sangat masuk akal bagi sekolah mengingat pengefektivan pola mengajar guru karena semakin sedikit siswa, maka semakin mudah guru mengontrol siswa dalam belajar.

4.1 Profil Sekolah
SMP Negeri 235 Jakarta, terletak di Jl. Pondok Indah, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1984, merupakan cabang dari SMPN 48 Kebayoran Lama setelah SMPN 177 dibangun. Sekolah yang berdiri di tanah seluas 2.742.75 M 2 merupakan sekolah yang nyaman untuk dijadikan tempat belajar. Disamping fasiilitas yang tersedia, letak sekolah yang berada diujung blok merupakan letak yang strategis karena jauh dari kebisingan jalan.
Pada tahun ajaran 2008/2009, tercatat 704 anak yang terdaftar sebagai siswa/i SMPN 235 yang dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Data Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2008/2009

kls 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009
L P JML L P JML L P JML
VII 102 88 190 123 113 236 138 132 270
VIII 150 124 274 106 93 199 123 113 236
IX 136 130 266 154 123 277 105 93 198
JML 388 342 730 383 329 712 360 350 704
Sumber : SMPN 235

SMPN 235, setiap tahunnya selalu menghasilkan seratus persen kelulusan. Hal tersebut merupakan salah satu nilai tambah bagi sekolah mengingat peningkatan standar nilai UN disetiap tahunnya. Prestasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:



Nilai Ujian Akhir Sekolah
No Mata Pelajaran 2006 - 2007 2007-2008
UAS Terendah Tertinggi UAS Terendah Tertinggi
1 PKn 7.63 6.00 9.30 7.80 6.00 9.50
2 Pend. Agama 8.02 6.00 8.80 8.12 6.00 8.30
3 IPA 6,76 6.00 8.50 - - -
4 IPS 7.22 6.00 8.50 7.22 6.00 8.00
5 PLKJ 8.23 6.00 9.00 7.23 6.00 8.20
Sumber : SMPN 235

Nilai Ujian Akhir Nasional
No Mata Pelajaran 2006 - 2007 2007-2008
UAN Terendah Tertinggi UAN Terendah Tertinggi
1 B. Indonesia 7.94 5.40 9.60 8.04 5.40 9.40
2 Matematika 7.45 5.00 10.00 7.06 5.75 8.50
3 IPA - - - 7.18 5.50 8.75
4 B. Inggris 6.95 5.20 10.00 7.03 5.20 9.20
Sumber : SMPN 235

Visi dari sekolah ini adalah “Menjadi SMP Negeri Berprestasi – Terampil dan Berakhlakul Karimah.”
Sedangkan, misinya adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan Proses pendidikan, Pembelajaran, Pelatihan serta bimbingan secara efektif dan Efesien.
2. Menumbuh kembangkan semangat keunggulan dan kompetitip secara intensif
3. Memotivasi siswa agar mengenali bakat , minat, serta potensi diri agar berkembang secara optimal.
4. Megembangkan semangat menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut.
5. Menumbuh kembangkan budaya “ Bersih – Jujur – Profesional “ Dan cinta lingkungan
Maka dari itu, maka sekolah ini menerapkan suatu budaya sekolah yang berdasarkan pada:
1. Bersih Pikiran – Perasan dan Lingkungan
2. Transparan / Jujur dalam Perkataan dan Perbuatan
3. Profesional / Bijaksana dalam Pengambilan Keputusan

4.2 Perencanaan Kegiatan Ujian Nasional
Perencanaan kegiatan ujian nasional di SMPN 235 sama halnya dengan sekolah-sekolah negeri lainnya. Yang pertama dilakukan adalah dengan pembentukkan panitia yang dipilih oleh kepala sekolah, kemudian kepala sekolah akan mengajukannya kepada Rayon setempat, lalu Rayon yang akan menyeleksi orang-orang rekomendasi dari sekolah.
Ujian Nasional yang akan dilaksanakan pada tanggal 27,28,29,30 April 2009 mengujikan empat mata pelajaran yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika dan ilmu pengetahuan alam. Peserta Ujian akan dinyatakan lulus bila memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. SMPN 235 juga sebisa mungkin mengusahakan hasil UN dapat dilihat langsung setelah 29-30 hari setelah UN terselenggara.
Adapun program-program yang dilakukan sekolah dalam persiapan menghadapi UN. Salah satunya dengan Team Teaching. Team Teaching adalah penggelompokkan guru satu mata pelajaran yang sama yang gunanya membantu siswa dalam persiapan ujian nasional. Team teaching ini biasanya membantu siswa dalam membahas soal-soal UN tahun sebelumya, dan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.
Selain team teaching, SMPN 235 juga mengadakan try out yang dilaksanakan secara berkala. Try out yang diselenggarakan ada yang dari sekolah, ada juga yang bekerjasama dengan bimbingan belajar. Kegunaan dari try out ini adalah agar siswa dapat memprediksi soal-soal apa saja yang mungkin akan keluar pada UN.
Sekolah ini juga mempunya suatu cara unik yaitu dengan menggungkan suatu spanduk yang dipasang di depan pintu masuk dengan tulisan “ SUDAH SIAPKAH ANDA? ” dimana terdapat penghitungan hari secara mundur sampai ujian nasional tiba. Spanduk ni berguna untuk mengingatkan siswa agar secara maksimal mempersipkan diri secara fisik dan mental dalam menghadapi UN.
Selain itu, sekolah pun mengadakan sosialisasi kepada orang tua murid agar membimbing anak dan memberikan motivasi dalam menghadapi ujian nasional.

4.3 Pengorganisasian Kegiatan Ujian Nasional
Pada tahap pengorganisasian, setelah orang - orang yang direkomendasikan sekolah mendapat surat tugas dari Rayon, maka akan dibentuk panitia kegiatan ujian nasional di SMPN 235. Panitia ini terdiri dari 10 orang dengan tugas yang berbeda-beda. Kegiatan ini diketuai oleh wakasek, dengan sekertaris kepala TU, sedangkan bendarahanya diamanatkan kepada bendahara PKC sekolah, dan sisanya menjadi anggota yang mengurusi pengawasan soal, pengambilan soal, kelengkapan alat dan ruangan, dan sebagainya.
Setelah panitia kegiatan UN di SMPN 235 dibentuk, maka akan diadakan rapat panitia yang membahas tentang penyiapan perangkat kerja seperti ruangan, alat-alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan UN sampai transportasi apa yang akan dipakai dalam pengambilan dan pengantaran soal nanti. Dalam kegiatan ini, kepala sekolah hanya bertugas sebagai pengarah kegiatan saja. Karena kebetulan kepala sekolah SMPN 235 juga menjadi sekertaris Rayon yang harus berada diRayon saat pengambilan soal. Tapi, setelah semua soal diambil oleh masing-masing sekolah, kepala sekolah barulah kembali kesekolah untuk memantau jalannya UN.

4.4 Pengawasan kegiatan ujian nasional
Pengawasan kegiatan kegiatan ujian nasional di SMPN 235 sama seperti di SMP lainnya, dimana adanya campur tangan dari orang lain. Seperti adanya, tim independent pengawas dari sekolah lain dan pengawas dari Rayon.
Kegiatan pengawasan ini dapat dimulai dari pengambilan soal, dimana panitia pelaksana UN SMPN 235 bersama seorang tim independent mengambil soal di Rayon 34 yang berada di SMPN 161, Tanah kusir pada pukul lima pagi. Peran dari tim independent disini adalah untuk memantau pendistribusian soal sampai di sekolah tepat waktu tanpa cacat termasuk menjaga kerahasian soal, karena dalam pengambilan soal dari Rayon ke sekolah tidak ada polisi yang mengawal dan mengawasi. Polisi hanya bertugas menjaga soal di Rayon saja. Maka dari itu, pengawas lah yang mengawasi pendistribusian soal sampai soal dibagikan kepada peserta ujian nasional.
Pada saat pelaksanaan ujian nasional dimulai, disetiap ruangan terdapat pengawas yang terdiri dari guru sekolah lain baik negeri maupun swasta, akan memeriksa kelengkapan peserta didik seperti kartu legitimasi peserta dan memeriksa keadaan ruangan. Setelah itu, pengawas menunjukkan kepada peserta didik bahwa amplop yang berisi soal dan lembar jawaban masih tersegel. Kemudian setelah bel pertama berbunyi, peserta diperbolehkan untuk mengisi lembar jawaban. Sedangkan, pengawas bertugas memeriksa mata pelajaran disetiap lembara soal. Setelah bel kedua berbunyi, maka peserta mulai menjawab soal.
Setelah bel ketiga berbunyi, pengawas pengumpulkan lembar jawaban, kemudian memasukkannya kembali ke amplop dengan meminta salah satu peserta ujian untuk menandatangani amplop sebagai bukti bahwa ujian hari itu telah selesai.
Tim independent tidak di perbolehkan untuk masuk kedalam ruangan kecuali meminta absensi. Tim independen bertugas mengawasi jalannya ujian nasional dan menjaga kerahasiaan soal.

4.5 Masalah – masalah yang dihadapi dalam persiapan
Dalam melakukan persiapan ujian nasional di sekolah, SMPN 235 mengakui bahwa hanya sedikit masalah dalam persiapan ujian nasional karena ujian nasional telah dilakukan berulang-ulang sehingga masalah dapat diminimalisir dengan melihat pengalaman. Hanya saja siswa yang biasanya menemui beberapa masalah diantaranya:
1. Terkadang tidak mau merespon atau kurangnya kesadaran dalam persiapan ujian nasional secara maksimal. Dan banyaknya kegiatan-kegiatan siswa di luar sekolah yang padat sehingga menghambat waktu kegiatan belajar siswa untuk berkonsentrasi dalam ujian nasional.
2. Peran orang tua yang tidak maksimal dalam membimbing anaknya untuk belajar.
3. Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal eksak seperti matematika dan IPA.

4.6 Upaya mengatasi masalah
Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi masalah-masalah kesulitan belajar siswa adalah dengan membetuk team teaching yang berfungsi:
a. Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar agar dapat lulus dengan nilai yang baik.
b. memfokuskan perhatian pada siswa agar dapat memantau antara siswa yang benar-benar sudah paham dan yang belum sehingga guru dapat menggambil langkah-langkah perbaikan.
c. Memberikan bimbingan yang intens kepada siswa agar siswa dapat memecahkan soal-soal yang tidak mereka kuasai.
Sekolah juga mengadakan belajar diluar ruangan yang berguna mengurangi kebosanan siswa pada pelajaran. Cara yang lainnya dalam mengatasi masalah persiapan ujian nasional pada siswa adalah dengan memanfaatkan try out sebagai bahan latihan dan pengadaptasian tempat duduk karena biasanya nomor peserta pada try out tidak jauh berbeda dengan nomor peserta UN. Diharapkan dengan mengetahui letak tempat duduknya, siswa dapat mempersiapkan mental dan penyesuaian lingkungan.

4.7 Pengalaman mengikuti UN
SMAN 235 yang terletak di daerah petukangan Jakarta Selatan ini adalah sekolah saya dulunya sekitar tahun 2002 – 2004. Banyak kenangan disekolah itu, mulai dari yang suka maupun yang duka. Mengenyam pendidikan di SMAN 235 adalah satu anugerah bagi penulis karena masuk disekolah DKI bersama anak-anak pintar merupakan satu tantangan untuk penulis Tapi penulis bersyukur dapat lulus dengan nilai yang sungguh memuaskan sehingga diterima di SMA unggulan. Memang sulit saat itu untuk lulus karena adanya sistem baru dalam kelulusan pendidikan yaitu adanya UAN.
UAN menjadi momok yang mengerikan bagi setiap siswa saat itu. Maka sekolah dengan segala strategi dan metode berusaha menjadi tim sukses bagi siswa pada UAN. Ini sangat rasakan oleh penulis saat itu, pendalaman materi yang dilakukan sekolah sejak bulan november merupakan awal yang melelahkan. Setiap hari siswa harus sudah hadir disekolah pukul 6 pagi tanpa telat karena jika tidak maka siswa terlambat akan ditaruh disebuah kelas khusus bersama siswa yang lain. Setelah sekolah usai, pendalaman materi selanjutnya dilakukan kembali sampai sore. Kegiatan pendalaman materi dilakukan terus menerus sampai UAN. Ini benar-benar menjadi beban tersendiri bagi penulis saat itu karena UAN saja sudah menjadi monster yang menakutkan dan ditambah dengan materi-materi tambahan yang diberikan oleh guru dalam persiapan menghadapi UAN yang tidak ada hentinya dari senin sampai sabtu. Bahkan hari minggu yang seharunya libur pun dijadikan hari belajar juga untuk para siswa. Memang ini menjadi satu pengalaman tersendiri bagi penulis dalam proses pembelajaran, tapi dari situ lah penulis belajar tentang kerja keras dalam mendapatkan apa yang diinginkan.
Adapun persiapan lain yang dilakukan sekolah sebelum UAN adalah try out yang dilakukan secara berkala yakni satu bulan sekali selama empat bulan. Dalam penyelenggaraan try out bukan hanya kemampuan siswa yang diuji selama persiapan tapi sekolah menggunakan try out sebagai siasat pengadaptasian siswa diruangan. Mengapa? Karena biasanya nomor try out sama dengan nomor UAN. Tentu hal ini dapat menjadi pengadaptasian tempat bagi siswa. Terutama yang duduknya paling depan atau pojok belakang. Siswa diharapkan tidak gugup lagi dalam pelaksanaan UAN meskipun ada pengawas didepannya. Sekolah juga menyiapkan perangkat ujian seperti pesil 2B, penghapus, penggaris pembulat, dan rautan untuk mengurangi kesalahan siswa lupa membawa peralatan. Nomor ujian pun harus dikumpulkan setiap hari karena pentingnya hal tersebut dalam pelaksanaan.Try out biasanya hanya dijaga oleh guru sekolah saja dengan pengamanan standar. Tapi tidak disini, siswa dilatih keras untuk tidak bekerjasama dengan temannya dan disiplin waktu. Try out saat itu dijadikan peringkat kelas disekolah. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesuksesan guru dalam menyampaikan materi.
Penulis masih ingat saat try out pertama total nilai yang di UAN kan hanya 18 saja, artinya nilai rata-ratanya hanya 6 dan nilai segitu hanya bisa masuk sekolah swasta saja. Tapi ternyata banyak dari siswa yang tidak lulus try out. Tentu ini menjadi satu tantangan lagi untuk sekolah guna mematangkan persiapan UAN. Benar saja, seminggu setelah pengumuman hasi try out, sekolah langsung mencekoki lagi siswanya bukan hanya dalam pendalaman materi saja tapi juga saat kegiatan belajar mengajar, guru memborbadir siswa dengan sejumlah pembahasan soal-soal tahun sebelumnya. Memang terlihat begitu berlebihan tapi sebenarnya caranya ini ampuh bagi siswa. Masih teringat saat satu kelas menjadi tempat yang paling ramai saat istirahat, tidak ada satu anak yang langsung beranjak hendak kekantin tapi kebanyakan masih sibuk mengutak-atik soal.
Guru BP/BK juga menjadi salah satu yang tak lepas dari ini semua karena perannya dalam pendalaman rohani dan psikologi. Ini terbukti, sholat menjadi salah satu do’a yang mujarab untuk para siswa dalam memohon kelulusan, berpuasa pada hari senin-kamis pun menjadi rutin dilakukan bersama-sama. Benar-benar satu pemandangan yang indah saat itu. seminggu sebelum UAN, kami diberikan libur selama tiga hari guna merefresh otak siswa yang sudah lelah dijejali soal-soal.
Saat pelaksanaan UAN siswa diharus datang setengah jam sebelum UAN dimulai untuk melakukan do’a bersama dilaksanakan dengan guru-guru yang menjadi panitia. Sungguh haru saat itu, seperti pelepasan hendak perang saja acara tersebut. Selama pelaksanaan UAN pun penulis tidak merasakan beban apapun mungkin karena telah beradaptasi dengan lingkungan termasuk teman seperjuangan. Namun pada hari pertama ada sedikit insiden yang terjadi pada penulis yaitu penulis mengalami sakit perut karena saat itu sedang datang bulan. Setengah jam sebelum bel berbunyi penulis sudah tersungkur lemah diatas meja dengan keringat dingin dan perut melilit serta pusing, padahal masih ada tiga soal yang belum terjawab. Penulis benar-benar kacau saat itu, dan akhirnya dibawa guru ke UKS, rasa khawatir juga merasuk pada guru mengingat esok adalah mata pelajaran matematika yang di UAN kan. Tapi, syukurlah keesokan harinya penulis sudah sehat untuk menghadapi UAN kembali.
Sebulan setelah UAN adalah saat yang paling mendebarkan bagi siswa mengingat pengumuman UAN. Dan setelah hasil diketahui, rasa syukur tidak habis-habisnya dipanjatkan akan kelulusan yang sempurna tanpa cacat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ujian nasional adalah kegiatan mengukur kemampuan siswa dari aspek kognitif pada setiap jenjang pendidikan. Diselenggarakannya ujian nasional bukan hanya sebagai alat evaluasi kompetentensi siswa, tapi juga sebagai pengendali mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dirasakan dengan adanya penaikkan standar nilai pada setiap tahunnya secara signifikan. Maka dari itu, peran orang tua dan sekolah sangat penting dalam persiapan siswa melaksanakan ujian nasional.
Observasi yang dilakukan di SMPN 235 tentang persiapan menjelang ujian nasional, ternyata tidaklah jauh berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya. Program pendalaman materi yang dilakukan guru masih digunakan hingga saat ini hanya saya pengaplikasiaanya yang berbeda yaitu dengan adanya tim guru yang akan membantu siswa selama pembahasan materi atau yang disebut team teaching. Tentu hal ini efektif mengingat banyaknya siswa yang ada berbanding dengan satu guru pembimbing saja. Kegiatan belajar out door yang diterapkan sudah cukup bagus dalam mevariasikan belajar mengingat tingkat stress siswa yang tinggi dalam persiapan UN. Kegiatan ini juga harus berlanjut untuk mengurangi kejenuhan siswa dikelas.
Kegiatan persiapan UN di SMPN 235 juga mendapat hambatan dari siswa maupun guru. Siswa biasanya terlalu stress dengan tekanan-tekanan yang ada. Sedangkan, guru agak kesulitan membantu siswa yang kurang minat belajar dikarenakan kurangnya motivasi. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan adanya kerjasama antara semua pihak sekolah dan orang tua murid serta murid itu sendiri dalam persiapan ujian nasional tahun 2009 di SMPN 235 Jakarta Selatan.




5.2 Saran
Saran penulis untuk sekolah adalah sekolah harus lebih memaksimalkan kemampuannya dalam kualitas output. Jangan menjadikan hasil Ujian Nasional sebagai patokan kualitas sekolah. Karena percuma saja siswa belajar sungguh-sungguh selama tiga tahun, lalu karena terbebani oleh Ujian Nasional mereka jadi tidak lulus. Sebaiknya sekolah mensosialisasikan kembali kepada siswa tentang manfaat Ujian Nasional yang sebenarnya. Karena kebanyakan siswa menganggap UN sebagai momok yang paling mengerikan. Maka Siswa tidak akan fokus pada mata pelajaran-mata pelajaran yang tidak diujikan pada UN. Sehingga para siswa akan berorientasi pada nilai sehingga ilmu tidaklah berarti bagi mereka. Yang mereka pelajari justru bagaimana cara menjawab soal-soal ujian yang diberikan dengan waktu secepat mungkin dan benar. Setelah ujian selesai maka ilmu yang seharusnya dikuasai siswa tidak dipelajari para siswa. Sekolah pun harus berusaha mengubah pola pikir siswa yang menganggap pemerintah menjadikan mereka sebagai kelinci percobaan untuk menaikkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Untuk pemerintah, penulis menyarankan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional haruslah dipikirkan ulang. Mengingat banyak kejadian-kejadian yang merugikan siswa maupun masyarakat. Karena seperti yang kita ketahui sekarang, UN hanya lah mengukur kemampuan siswa dari sisi IQ saja. Tidak seperti kurikulum yang terlaksana sekarang ini yang menggunakan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pelaksanaan dan evaluasinya. Bila UN harus dilaksanakan pun, Pemerintah haruslah bijak, jangan semata-mata hanya demi kepentingan pribadi saja. Apalagi Ujian Nasional menjadi tolak ukur pendidikan kita sekarang.




DAFTAR PUSTAKA

1) Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2005)
2) Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grasindo Persada, 2006)
3) Daryanto H, Evaluasi Pendidikan, (Solo: Rineka Cipta, 1997)
4) Suharsimi Arikunto dan Cepi Syarifuddin AJ, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 2
5) Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1988), h.6